Kamis, 27 Desember 2018

Degradasi Kesuburan Tanah dan Perbaikannya

Oleh: Rahmat Tri Sulistyo


Indonesia adalah salah satu Negara agraris, karena sebagian besar masyarakat Indonesia pada umumnya adalah petani. Negara dengan luas wilayah daratannya hampir mendekati dua juta meter persegi, sepertiga lebih dari seluruh wilayah Indonesia.

Bicara pertanian, tentu tak lepas dari pangan. Bicara pangan juga bicara tentang kehidupan.

Lahan pertanian Indosesia sudah semakin menyempit. Ditambah lagi dengan masalah tanah yang kondisinya sudah memprihatinkan karena penggunaan pupuk kimia yang terakumulasi bertahun-tahun.

Hal tersebut tentu memberi dampak yang kurang baik bagi keberlangsungan organisme tanah maupun tanah itu sendiri. Lebih tepatnya degradasi kualitas tanah. Disisi lain, petani yang harus survive dengan keterbatasannya dijejali dengan obat-obatan kimia untuk tanamannya. Perawatan tanaman dengan obat-obatan kimia yang semakin mahal, berbanding terbalik dengan harga hasil panen yang kadang tak manusiawi.

Hal ini menjadi suatu persoalan penting yang harus mendapat perhatian kita bersama. Pertanian berjalan, namun tetap menjaga kualitas dengan merubah budaya konvensional, dari pertanian yang kurang ramah lingkungan menjadi pertanian yg lebih ramah lingkungan.

Guru besar ilmu tanah hutan UGM, Prof. Cahyono Agus dalam kesempatan wawancara dengan kami menuturkan beberapa hal tentang pertanyaan yang kami ajukan, dalam sesi wawancara untuk memenuhi syarat pembuatan video-log dalam matakuliah Teknologi Informasi dan Komputer yang diampu oleh Bapak Hari Agung S.T.


Sebagai reporter adalah Muh. Rizki, narator Rahmat Tri Sulistyo, penulis naskah Riana Andan Dewi, kameramen Rahmat Tri Sulistyo, penata suara Muh Yoni, asisten umum Siti Nur Rakhmah dan editor adalah Rahmat Tri Sulistyo.

Apa dampak penggunaan pupuk kimia bagi tanah dalam jangka waktu yang panjang?

Penggunaan pupuk kimia bagi petani diperlukan untuk meningkatkan produktifitas lahan karena diharapkan mampu menyediakan unsur-unsur hara dengan cepat. Namun demikian apabila itu diberikan dalam jangka yang sangat panjang, sebenarnya itu tidak bagus, karena efisiensinya kadang kurang.

Terlalu banyak yang diberikan, maka juga akan banyak yang hilang. Karena penguapan, mengalir dan tidak diserap langsung oleh tanaman atau bahkan justru meracuni.

Di dalam tanah sebenarnya ada unsur-unsurhara yang tidak tersedia yang sedikit demi sedikit disediakan atau didekomposisi oleh mikroorganisme dan langsung dimanfaatkan oleh tanaman.

Dengan pemberian pupuk kimia yang berlebihan itu justru sistem tadi rusak. Mikroba menjadi mati kemudian juga ada sistem yang terputus di ekologi tanahnya. Untuk itu kita harus kembali pada sistem alamnya agar pupuk kimia diberikan bersama dengan bahan organik yang lain, sehingga sedikit-demi sedikit sesuai dengan keseimbangan di dalam ekosistem tanah pertanian itu.

Bagaimana cara mengembalikan kesuburan tanah?

Agar dampak pupuk kimia tidak merugikan, maka kita harus kembali pada kodrat alam sesuai dengan sistem yang ada di dalam ekosistem ekologi tanah itu. Caranya adalah mengembalikan bahan organik kembali kepada tanah.

Di hutan tropika basah, bahan organik diperoleh dari jatuhan seresah-seresah. Di pertanian terbuka, kita bisa memberi dalam bentuk kompos. Bahan organik yang sudah matang kemudian juga memperbaiki mikroba-mikroba agar mampu dan langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian, sistem kehidupan dan lingkungan ekologi tanah bisa berfungsi dengan baik.