Sabtu, 01 November 2014

Asal Pola Pikir


Oleh : Match Mamat
 Bijak bestari
mengatakan.
Orang yang berakal rendah membicarakan orang.
Orang yang berakal sedang membicarakan kejadian.
Orang yang berakal tinggi membicarakan ide.

Maksudnya, jika seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan.
Misal, kesalahan atau kegagalan suatu kepanitiaan.

Orang yang berakal rendah, disini bisa kita asumsikan sebagai orang yang sering mengritisi apa yang terlihat saja. Apa yang ada di permukaan.

Mencari sosok, siapa yang ada di lingkaran sumber masalah. Lalu menyalahkan orang tersebut. Dalam pengamatanku, biasanya dia berkata : seandainya tadi begini, seharusnya kamu tidak seperti itu, lha kamu, dan sebagainya, yang menyudutkan seseorang yang ada di lingkaran tersebut.

Itulah, makna orang yang berakal rendah membicarakan seseorang. Itulah ilustrasi kecil yang dapat saya bagikan.

Lalu, yang kedua adalah orang yang berakal sedang. Di atas saya sebutkan orang yang berakal sedang adalah yang membicarakan kejadian. Makna dalam prakteknya atau makna yang sering terjadi di realita kehidupan hampir sama seperti apa yang saya uraikan di atas. Hampir sama dengan orang yang berakal rendah. Namun bedanya, orang yang berakal sedang membicaraakan kejadiannya.

Sebagai contoh. Orang itu mengkritisi dari segi kejadiannya. Terfokus pada kejadian apa yang terjadi. Sebagai contoh, hewan qurban berupa sapi metal besar dan bertanduk lepas, karena tali pengikat lepas. Ketika ada fenomena tersebut, orang yang berakal sedang ini, biasanya mengkritisi dengan kata-kata yang mayoritas terucap : wah, sapinya lepas, panitianya gimana to ini, sapinya sampai ngamuk mengancam warga dan merusak rumah milik warga.

Hmmm, well. Boleh saja seperti itu tapi masalah kecil tak perlu terlalu menyita reflek kita tuk mengencangkan otot dan berucap kasar bukan? :-)

Dari dua diatas, kita ambil kesimpulan. Bahwa ego telah menguasai kita. Dan tentu, hal.itu dalam ajaran islam termaauk ghibah :-) Yaitu ngrasani. Ngrasani atau.membicarakan seseorang. Apabila yang dikatakan salah itu adalah fitnah. Dan fitnah dalam alquran disebutkan lebih kejam daripada pembunuhan. Dan apabila yang dikatakan itu nyerempet atau sedikit benar, itu juga termasuk ghibah. Sama-sama berdosa, benar ataupun salah.

Yang ketiga adalah orang yang berakal tinggi adalah yang membicarakan ide-ide. Nah, disini terlihat contras kawan. Antara membicarakan sesuatu yang hanya sekedar bicara, dengan yang bicara yang melibatkan permainan atau keterlibatan otak. Karena ide muncul dari olah fikir bukan? Right! Benar.

 Orang berakal tinggi mengesampingkan, atau meletakkan ego di bawah cara pandang. Atau pola pikir kalo bahasa kerennya :-). Orang berakal tinggi mengedepankan berfikir, menganalisa sesuatu masalah. Mengenalinya terlebih dahulu. Mencari dan mencari tahu alur sebuah permasalahan. Tetap diam dan tetap santai, tak gegabah. Lebih berhati-hati.

Makna gampangnya, begini. Berbicara setelah berfikir. Berbicara, yang didahului dengan berfikir akan enak didengar, penuh hikmah, kata-katanya menyejukkan, dan yang paling terpenting adalah tak menyakitkan telinga dan hati pendengarnya. Maka kenapa, banyak sering kita dengar diam adalah emas.

Orang berakal tinggi, senantiasa mencari solusi pada sebuah permasalahan. Menganalisa alur masalah, kemudian berfikir solusinya.

Semuanya simpel sih. Saya bukan sok pinter kawan. Namun, saya juga masih belajar tuk santai, tak gegabah. Alhamdulillah, didukung oleh master, yang ku sebut lebih tepatnya dosen. Dosen yang telah banyak memberikan motivasi, andap-asor, dan budi pekerti di universitas kehidupan. Universitas kehidupan yang tengah kujalani saat ini. Karena ingat, teman mempengaruhi pola pikir. Seperti dalam lirik lagu religi opick yang berjudul obat hati : salahsatunya berkumpul dengan orang sholeh.

Right! Ternyata benar gaes khasiyatnya. Mampu mengobati hati. Karena, jika kita jarang membaca dan mempelajari Kitab Allah, Hadis Nabi, lalu kepada siapa lagi kita mampu mengupgrade ilmu dan hati kita menuju ke arah yang baik dan di ridhoinya?

Wallahualam bisawab :-) Allahlah yang mengetahui hakekat sebuah kebenaran. Semoga, coretan ini mampu sedikit menginspirasi.

Tidak ada komentar: